Senin, 12 November 2012

KENANGAN BERSAMA SUPIRKU


Sambil menunggu adikku ke kamar, aku ingin cerita lagi tentang pengalaman sex ku yang lain. Masih ingat nggak supirku yang kemarin aku ceritakan? Kisah ini terjadi setelah kejadian kamar mandi itu. Sebenarnya, Aku pertama mengenal seks dari pacarku yang tak lama kemudian putus, pengalaman pertama itu membuatku haus seks dan selalu ingin mencoba pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali aku berpacaran singkat yang selalu berujung di ranjang. Aku sangat jenuh dengan kehidupan seksku, aku menginginkan seseorang yang bisa membuatku menjerit-jerit dan tak berkutik kehabisan tenaga.
Semenjak kejadian di kamar mandi itu,  Supirku itu sudah berani mengamati bentuk tubuhku, selain karena dia sudah pernah menyentuhku, aku juga sering memakai baju yang minim ketika di depannya. Aku sudah tidak perduli lagi, toh dia juga sudah pernah menyentuh tubuhku. Meskipun begitu, waktu kejadian itu kami nggak sempat ML loh? Dia menolak waktu aku ajak ML dengan alasan takut berdosa sama orang tuaku. Bagaimanapun dia sudah lama berkerja di rumah kami sejak aku masih SD.

Akan tetapi, Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML dengannya akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan dengan matang. Hari itu aku dijemput oleh dia. Aku berpura-pura tidak enak badan dan menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi kuturunkan agar bisa berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata. Begitu juga kusuruh dia agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah tidak enak, sebagai gantinya aku membuka dua kancing atasku sehingga bra kuningku sedikit tersembul dan itu cukup menarik perhatiannya.

Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua. Sedangkan adikku saat itu lagi bermalam di rumah Paman di Bogor. Setelah memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk memapahku ke kamarku di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di ranjang. Waktu dia mau keluar aku mencegahnya dan menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak berkali-kali menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih agak menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu kutekuk kaki kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat kepalaku, namun matanya terus terarah pada pahaku yang tersingkap. Karena terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat tubuhku, akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok kemaluanku dari luar celana dalamku.

Dia mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rokku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepalanya yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku.
Sesaat kemudian, Dia menarik kepalanya keluar dari rokku, bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya. Vaginaku sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.
Aku meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Dia semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku.
Aku merasakan Kontol di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Dia sangat bernafsu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin putting Payudaraku. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leherku terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai cupangan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas.

Dia melumat bibirku dan mulutku terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi, aku memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Dia melepaskan dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang daritadi. Kontolmys begitu besar dan berurat, warnanya hitam pula. Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut di samping kepalaku dan memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.
Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
"Uaahh.. " ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku. Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari mulutku, sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang lebih dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah pegal dan dapat kembali menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di antara kedua belah pahaku dengan penis terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku disibakkannya sehingga mengganga lebar siap dimasuki dan tangan yang satunya membimbing penisnya menuju sasaran.
Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.
Dia memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih seperti mau disembelih. Ternyata dia lihai juga, dia memasukkan penisnya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Dia yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.
Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan melemparnya. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku, kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.
Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku mengejang dengan dahsyat, kukuku sampai menggores punggungnya, cairan kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai mereda dia mengelus rambut panjangku. badanku sudah basah berkeringat sampai bajuku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Dia meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rokku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.
Butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku di hadapan wajahnya. Dia mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku, sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya menyapu naik dari vagina sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan, tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.
Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya. Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh penisnya. Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku. "Oouuhh…" itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalam vaginaku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam.
Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.

Dia sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah menyebut namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya.. dengan geraman panjang dia cabut penisnya dari vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga sudah KO hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku masih mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.
Sejak saat itu, Dia sering memintaku melayaninya kapanpun dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak moodpun dia memaksaku. Bahkan pernah suatu ketika, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku (saat itu sudah hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur), aku menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku sampai dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan dariku. Meskipun begitu aku selalu mengingatkannya agar menjaga sikap di depan orang lain, terutama ortuku dan adikku serta lebih berhati-hati kalau aku sedang subur dengan memakai kondom atau membuang di luar. Tiga bulan kemudian Dia berhenti kerja.
Eh sudah dulu yah? Udah mau jam dua nih. Adikku sebentar lagi mau datang. Seperti cerita sebelumnya. Nanti diceritain lagi deh gimana serunya malam ini. Mmmuaaachhhhh

BERSETUBUH DENGAN ADIKKU SENDIRI


Tadi sore, aku sedang asyik telpon dengan teman cewekku. Aku telpon berjam-jam, kadang tawa keluar dari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai akhirnya aku rasakan kandung kemihku penuh sekali. Aku kebelet pipis. Benar-benar kebelet pipis, sudah di ujung lah. Cepat-cepat kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Aku berlari menuju ke kamar mandi terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang dikunci. 

"Hey..! Siapa di dalam..? Buka dong..! Udah nggak tahan..!" aku berteriak sambil menggedor-gedor pintu.
"Akuu..! Tunggu sebentar..!" ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam.
"Nggak bisa nunggu..! Cepetan..!" kataku memaksa.
Gila, aku benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis. 

"Kreekk..!" terbuka sedikit pintu kamar mandi, kepala adikku muncul dari celahnya.
"Ada apa sih..?" katanya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung nyerobot ke dalam karena sudah tidak tahan. Langsung aku jongkok, menaikkan rokku dan membuka celana dalamku.
"Serrrr…" keluar air seni dari vaginaku.
Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat. 

"Wooiiyyy..! Sopan dikit napa..?" teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku.
"Sebentarrr..! Udah nggak kuat nih," kataku.
Sebenarnya aku tidak mau menurunkan pandangan mataku ke bawah. Tetapi sialnya, turun juga. Kelihatan deh burungnya.
"Hihihihi..! Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikitlahâ¦" gumanku dalam hati.

Aku takut tertangkap basah melihat penisnya, cepat-cepat kunaikkan lagi mataku melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke mataku lagi. Sialan..! Dia lihat vaginaku yang lagi mekar sedang pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vaginaku biar cepat selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yang masih belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk. Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan kulupnya masih menutupi helm penisnya. 

"Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..!" aku bersungut dalam hati.
"Oooo..! Kayak gitu ya Teh..?" katanya sambil tetap melihat ke vaginaku.
"Eh kurang ajar Lu ya..!" langsung saja aku berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya.
"Bletak..!" kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku. 

"Ya⦠basah deh rok Teteh¦" kataku melihat ke rok dan celana dalamku.
"Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..!" katanya sambil mengambil gayung dari tanganku.
"Mandi lagi ahh..!" lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya.
Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya.
"Waduh.., sialan nih adik..!" sungutku dalam hati.
Waktu itu aku bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi aku jijik pake rok dan celana dalam yang basah itu.
Akhirnya kuputuskan untuk buka celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin, baru kukembalikan handuknya. 

"Udah.., pake aja handuk Aku..!" kata adikku.
Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan penisnya mengkerut lagi.
"Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..!" batinku.
Aku lalu membuka celana dalamku yang warnanya merah muda, lalu rokku. Kelihatan lagi deh vaginaku. Aku takut adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adikku. Eh sialan, dia memang memperhatikan aku yang tanpa celana. 

"Teh..! Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? Hehehe..!" katanya sambil nyengir.
Sialan, dia menghina vaginaku, "Iya..!" kataku sewot. "Daripada culun kayak punya Kamu..!" kataku sambil memukul bahu adikku.
Eh tiba-tiba dia berkelit, "Eitt..!" katanya.
Karena aku memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya aku terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya.
"Iiihhh.., rasanya geli banget..!" cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, "Huh..! Elo sih..!" 

"Teh.. kata Teteh tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..?" katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya.
Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan.
"Ya.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..?" kataku mengejek dia.
Padahal aku kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng aku tanya, "Gedein lagi bisa nggak..?" kataku sambil mencibir.
"Bisa..! Tapi Teteh harus bantu dikit dong..!" katanya lagi.
"Megangin ya..? Wekss.., ya nggak mau lah..!" cibirku.
"Bukan..! Teteh taruh ludah aja di atas tititku..!" jawabnya. 

Karena penasaran ingin melihat penisnya kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia.
"Gitu doang kan..? Mau Teteh ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Teteh pengen ngeludahin Kamu""Asyiiikkk..!" katanya.
Sialan nih adikku, aku dikerjain. Kudekatkan kepalaku ke arah penisnya, lalu aku mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga aku membuang ludahku, kulihat penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit. Diameternya makin lama semakin besar, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan panjangnya juga bertambah. Asyiik banget melihatnya. Geli di sekujur tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan main perasaan senangku waktu itu. Aku benar-benar asyik melihat helm itu perlahan muncul. Seperti penyanyi utama yang baru muncul di atas panggung setelah ditunggu oleh fans-nya. 

Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya kini lebih merah. Aku jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke adikku.
"Hehe…" dia ke arahku. "Masih culun nggak..?" katanya lagi. "Hehe..! Macho kan..!" katanya tetap tersenyum.
Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun aku terangsang, tentu saja aku tepis tangan itu. 

"Apaan sih Elo..!" kubuang tangannya ke kanan.
"Teh..! Please Tehhh.. Pegang aja The Nggak akan diapa-apain Aku pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja Teh.." kata adikku, kembali tangannya mendekati selangkanganku.
Waduuhh.. sebenarnya aku mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri, tapi aku juga penasaran dan sudah terangsang.
"Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..!" akhirnya aku mengiyakan. Deg-degan juga hati ini. 

Tangan adikku lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya. Ihh geli sekali¦ Aku lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. Uuppss Hangatnya tangan sudah terasa melingkupi vaginaku. Geli sekali rasanya saat bibir vaginaku tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf vaginaku. Aku jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan, vaginaku mengeluarkan cairan.
"Hihihi.. Teteh terangsang ya..?"
"Enak aja sama Kamu mah mana bisa terangsang..!" jawabku sambil merapatkan selangkanganku agar cairannya tidak semakin keluar.
"Ini basah banget apaan Teh..?"
"Itu sisa air kencing Teteh tahuuu..!" kataku berbohong padanya.
"The memek tu anget, empuk dan basah ya..?"
"Tau ah Udah belum..?" aku berlagak sepertinya aku menginginkan situasi itu berhenti, padahal sebenarnya aku ingin tangan itu tetap berada di situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir vaginaku. 

"Teh, gesek-gesek dikit ya..?" pintanya.
"Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..!" aku pura-pura tidak mau.
"Dikit aja Teh… Please..!"
"Terserah Kamu aja deh..!" aku mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih…
Tangan adikku lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vaginaku terbawa juga ke dalam.
Ouughh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari bibirku. Rasanya nikmat sekali. Otot di dalam vaginaku mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya ditarik lagi, bibir vaginaku ikut tertarik lagi.
"Ouughh..!" akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vaginaku.
Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, aku bertumpu pada bahu adikku. 

"Enak ya Tehh..?"
"Heeh..," jawabku sambil memejamkan mata.
Tangan adikku lalu mulai maju dan mundur, kadang klitorisku tersentuh oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan ini akan tersentak ke depan.
"Tehh..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..!"
"Kamu mau diapain..?" jawabku lalu membuka mata dan melihat ke arahnya.
"Ya pegang-pegangin juga..!" katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah penisnya.
Kupikir egois juga jika aku tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan tangannya menuntun tanganku. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di penisnya, dengan mudah aku bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok penisnya. 

Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.
Tiba-tiba dia berkata, "Teh..! Titit Adek sama memek Teteh digesekin aja yah..!"
"Heeh" aku langsung mengiyakan karena aku sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.
Lalu dia melepas tangannya dari vaginaku, memajukan badannya dan memasukkan penisnya di antara selangkanganku. Terasa hangatnya batang penisnya di bibir vaginaku. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk menggesekkan penisnya dengan vaginaku. 

"Ouughhh..!" aku kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.
"Dek, masukin aja..! Teteh udah nggak tahan..!" aku benar-benar sudah tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Aku akhirnya menghendaki sebuah penis masuk ke dalam vaginaku.
"Iya Teh..!"
Lalu dia menaikkan satu pahaku, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke vaginaku. 

Aku terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa. Akhirnya aku hanya bisa menggigit bibirku untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian aku mengalami orgasme. Vaginaku rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuh berkontraksi.
"Ouuggggkkk..!" aku tidak kuat untuk tidak berteriak.
Kulihat adikku masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong sampai ke tembok.
"Ouughhh..!" katanya. Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah vaginaku. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam vaginaku. 


Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vaginaku. Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali. Tangannya lalu meremas susuku dan memilin putingnya."Teh..! Teteh nungging, terus pegang bibir bathtub itu..!" tiba-tiba dia berkata.
"Wahh..! Gila Lu ya..!" "Udah.., ikutin aja..!" katanya lagi. Aku pun mengikuti petunjuknya. Aku berpegangan pada bathtub dan menurunkan tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dengan pantatku. Aku tahu adikku bisa melihat dengan jelas vaginaku dari belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang. 

"Akkkhh..! Gila..!" aku menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vaginaku.
Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tangan adikku yang bebas kini meremas-remas payudaraku. Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Aku rasakan lagi tembakan sperma hangat membasahi rongga vaginaku. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yang cukup lama. 

Setelah kejadian tadi, kami rencana melakukannya lagi malam ini di kamarku saat semua orang di rumah sudah pergi tidur. Jadi, rencananya aku membiarkan pintu kamarku tidak terkunci, lalu sekitar jam 2 malam, adikku akan datang dan menguncinya. Lalu kami akan bersetubuh sampai kelelahan. Sebentar rencanya aku mau menghisap spermanya. Udah dulu yah? Byeeee….. mmuaachhhh….
By; Disya Cecilia. FB : http://www.facebook.com/disya.cecilia Twitter : @disyacecil